Asap kebakaran hutan di Jambi membuat langit menjadi merah
sebuah gambar keadaan kabut asap di jambi https://novitasarry1411.blogspot.com |
Sejak memasuki bulan September, warga di Provinsi Jambi dikurung pekatnya asap kebakaran lahan dan hutan. Itu terlihat dari udara sekitar yang berubah menjadi merah kehitaman.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut fenomena itu disebabkan jelaga atau partikel debu polutan berukuran sangat kecil sudah mencapai atmosfer dan sangat berbahaya jika terhirup.
Eka Wulandari, penduduk Desa Mekar Sari, Kumpeh, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, mengabadikan kondisi desanya pada Sabtu (21/09), pukul 12.22 WIB.
Saat itu, menurutnya, langit berwarna merah.
"Kabut asapnya tebal banget, apalagi hari Sabtu lalu. Tapi Minggunya agak menurun, sekarang malah naik lagi, Memang bikin mata perih, tenggorokan sakit," paparnya kepada wartawan BBC News Indonesia, Famega Syavira, Senin (23/09).
Dia menegaskan kondisi langit merah di desanya memang demikian.
"Mayoritas warga sudah menggunakan masker, hanya beberapa yang tidak. Memang benar seperti ini keadaan yang kami semua rasakan," ucapnya.
Sementara itu, Ratna Dewi, warga yang tinggal di Kelurahan Tanjung, Kabupaten Muaro Jambi, tak bisa lagi membedakan mana pagi atau malam. Keduanya tampak sama; gelap.
Ini karena matahari tak tampak, terhalang asap pekat akibat kebakaran lahan dan hutan.
"Kalau sekarang ada (kelihatan matahari) tapi samar-samar. Kalau kemarin-kemarin, tidak kelihatan matahari sama sekali," ujar Dewi saat dihubungi BBC News Indonesia, Minggu (22/09).
- Kebakaran hutan: Ditawari Malaysia dan Singapura bantuan, Indonesia sebut 'takut dilecehkan, ah gitu aja minta bantuan'
- Kebakaran hutan dan lahan kian meluas dan kabut asap semakin parah, BNPB kewalahan padamkan api
- Kebakaran hutan: Dari denda belasan triliun rupiah, pemerintah klaim baru terima Rp400 miliar dari perusahaan pembakar lahan
Teguh Arianto, warga di Desa Solok, Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi, mulai jengkel dengan kondisi udara yang tak kunjung membaik, karena dua anaknya yang berusia lima dan sepuluh tahun kena ISPA. Batuk anak-anaknya tak kunjung hilang meski sudah dibawa ke puskesmas, kata Teguh.
"Sesak udara ini kalau dihirup. Banyak debu berterbangan terbawa angin. Saya kan tidak punya AC atau pembersih udara."
Sepanjang ingatan Teguh yang lahir di Kabupaten Muaro Jambi, dampak kebakaran hutan dan lahan tahun ini sama persis seperti empat tahun silam.
"Kalau dulu itu, langit juga merah ditambah karhutla sebabkan asap. Jadi kondisi buruk begini terjadi selama dua bulan."
"Kami berharap asap ini segera hilang dengan adanya hujan. Kalau secara agama, kami sudah melakukan salat Istikharah," ujarnya.
dengan adanya kabut asap warga jambi melakukan kegiatan menggunakan maskerFenomena langit merah
Kepala Subbidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Siswanto, menjelaskan fenomena langit merah di Provinsi Jambi disebabkan tingginya konsentrasi partikel debu polutan berukuran sangat kecil yakni 0,7 mikrometer di atmosfer.
"Debu hasil pembakaran karhutla ada bagian yang kecil. Partikel kecil ini terbawa udara naik ke atas dan membentuk selimut atau lapisan asap di atmosfer. Kalau partikel yang menyebabkan warna merah, itu artinya ukuran diameter partikel sama dengan panjang gelombang warna merah di matahari," jelasnya.
Dari pantauan alat pengukur debu polutan milik BMKG, jelaga berukuran kecil di Provinsi Jambi sangat tinggi yakni mencapai 500 mikrogram per meter kubik. Itu artinya sangat tidak sehat atau berbahaya jika terhirup manusia. Kondisi yang sama juga terjadi di Palembang dan Pekanbaru.
"Ini menunjukkan bahwa kabut asap yang dihasilkan karhutla itu membahayakan bagi kesehatan warga," tukasnya.
"Karena itu imbauan BMKG, warga kalau bisa tetap memakai masker selama di luar ruangan. Baik lagi kalau maskernya terbuat dari bahan material nano. Karena ini kalau sudah merah kehitaman, artinya partikel debu polutan sudah bercampur antara partikel kasar dan halus."
|
Komentar
Posting Komentar